GEORGE W. Bush, mantan presiden AS, dikenal mencomot ide
seorang pengarang Yahudi Natan Sharansky dalam buku ‘The Case for Democracy’,
dan nyata Bush menyukai tentara militer sebagai simbol kediktatoran. Dengan hal
itu, Bush pun menyebarkan supremasi AS yang kebabablasan, di Iraq dan
Afghanistan sebagai contohnya, dan sebagai penyokong utama aksi Israel ke Gaza,
dalam Operasi Cast Lead, Januari 2009.
Seperti itukah juga Barack Obama? Selama ini sebagian
pengamat menganggap Obama hanya disetir oleh satu kelompok saja di belakang
kekuasaannya. Sebagian pengamat mengatakan bahwa Obama hanya punya modal
berpidato yang mampu menyihir orang sedemikian rupa.
Tetapi jika kita melihat bahwa sebenarnya Obama lebih keras
daripada Bush. Bush memerlukan waktu lama untuk mencari alasan pengiriman
pasukan ke Afghanistan, tapi Obama demikian mudahnya mengambil keputusan
mengirimkan pasukan tentara yang jumlahnya membuat semua orang berkerut kening
karena sesaknya tentara kiriman Obama itu.
Obama pun tidak berpikir panjang untuk mengambil paket
stimulus ekonomi dalam jumlah trilyunan dollar dan memaksa Kongres AS
menyetujuinya hanya dalam waktu tidak lebih dari dua bulan, untuk kemudian
sebagian dari paket stimulus itu digelontorkan untuk bailout bank-bank di AS.
Dan rakyat AS pun gigit jari karenanya, karena ternyata, krisis tetap lah
krisis, sementara paket stimuluslah tetaplah paket stimulus.
Mari kita kembali ke masa presidensial Bush. Setelah
kemenangan Bush tahun 2000, China menahan kru pesawat mata-mata AS, dan Maret
2001 China juga menahan seorang penelitinya yang bekerja di universitas AS.
Waktu itu, pers AS mengecam Bush karena Bush dianggap lemah dan menuntut Bush
agar melakukan tindakan tegas terhadap China.
Pada waktu itu juga, Bush menerima sebuah surat dari Raja
Abdullah bin Abdulaziz (Arab Saudi) yang mengimbau agar Washington segera
melakukan tindakan terhadap Palestina yang terkatung-katung. Sesaat setelah itu
Bush mengumumkan bahwa AS akan membentuk dua negara di Palestina.
Tapi kemudian, terjadi peristiwa 9/11 dan Bush berubah
murka, terus demikian sampai ia meninggalkan Gedung Putih.
Kesimpulannya, peristiwalah yang membentuk seorang tiran
pemimpin di dunia. Ronald Reagan bukanlah orang yang populer sebelum ia
menyatakan penumpasan terhadap komunis. Bill Clinton sangat terkenal setelah
isyu Usamah bin Laden dan peristiwa Somalia.
Tapi obama tidak perlu hal semua itu, dan orang masih harus
menunggu untuk melihat bahwa Obama tidaklah selemah yang dipikirkan selama ini,
setidaknya setelah melihat apa yang telah terjadi di Afghanistan, dan ia
kembali terpilih untuk kedua kalinya. Itu jika semua mata terbuka.
Sumber: Islam Pos
Sumber: Islam Pos
0 komentar:
Posting Komentar