TERBUKTI, TERNYATA BODONG HABIS...............
Pernahkah Anda mendengar seorang Jokowi yang digadang-gadang
melakukan pidato politik? Pasti, jawabnya tidak pernah mendengar. Ini hanya
salah satu syarat anak manusia menjadi pemimpin negara secara politik. Banyak
banyak sekali kelemahan yang dibungkus 'rapi' oleh sebuah 'kartel' bisnis,
sehingga seolah-olah Jokowi adalah 'masa depan'? Padahal, semua hanya sekadar
masif yang terkesan seperti mataforgana....
Satu persatu, manusia-manusia di belakang sosok Jokowi,
sepertinya tidak paham yang namanya 'taktik dan strategi'. Nyaris semua
pendukungnya 'narsis' dan sangat 'ngebet', sehingga akhirnya 'konangan' alias
ketahuan belangnya. <asih ingat 10 tahun lalu, setelah kesuksesan politik
pencitraan ala SBY, kini muncul politik pencitraan gaya baru. Kali ini
melibatkan dukungan masif semua media baik cetak, elektronik, online, maupun
sosial.
Adalah Jokowi yang digadang-gadang untuk jadi presiden dan
diblow-up habis-habisan oleh media-media mainstream. Dukungan secara masif itu
bisa dibilang tidak wajar karena Jokowi yang adalah seorang muslim justru tidak
“laku” di media Islam seperti voa-islam, arrahmah, suara-islam, dll. Bukankah
kalau seorang muslim sangat luar biasa dalam memimpin, maka media-media muslim
justru akan ikut memberitakannya dengan bombastis? Tapi bukannya diberitakan
secara bombastis, Jokowi justru diberitakan secara negatif di media-media
muslim tersebut.
Dari hasil investigasi mBah Coco, tanggal 9 April 2014 menjelang
Kamis dinia hari 10 April 2014, banyak sekali kongklomerat 'hitam' tersentak
kaget melihat hasil PEMILU 9 April 2014, dimana jagoannya tersungkur dan bahkan
nyaris terjerembab. Wajar, jika muncul keanehan-kenahen secara kasat mata,
bahwa kebanyakan media-media mainstream yang terindikasi dibayar untuk
pencitraan Jokowi. langsung frustasi dalam menulis semua berita dan mewartakan
cerita bergambar dalam psikologis tertekan sekaligus terkesan 'marah'.
Media-media tersebut adalah:
1) First Media Grup (beritasatu1.TV beritasatu .com, suara
pembaruan, Jakarta Globe, Suara Pembaruan, The Straits Times, Majalah Investor,
Globe Asia, The Peak, Campus Asia, Student Globe, Kemang Buzz, Campus Life,
Termasuk Beritasatu FM. First Media Grup adalah milik James Riady (Lippo Grup),
konglomerat yang bersahabat baik dgn Bill Clinton dan terlibat Lippo Gate yg
terjadi di AS, ketika James Riady cs tertangkap memberikan dana politik illegal
jutaan dollar kepada timses capres Demokrat Bill Clinton untuk pemenangan Clinton
pada pemilihan Presiden AS. Uang sumbangan James Riady cs itu kemudian terbukti
berasal dari China Global Resources Ltd, sebuah perusahaan kedok milik China
Military Intelligence (CMI).
2) Media lain yang dikontrak mahal untuk pencitraan palsu
Jokowi adalah Detik Grup. Awalnya dan ngakunya milik Chairul Tanjung alias CT,
tapi sebenarnya milik Salim Grup. Detik.com Setiap hari, detikcom memuat berita
tentang pencitraan palsu Jokowi puluhan bahkan kadang lebih 100 berita. Chairul
Tanjung hanya dipinjam nama dan bertindak untuk dan atas kepentingan Antony
Salim (Salim Grup).
3) Kompas /Gramedia Grup memang tidak segila detikcom
siarkan Jokowi, tapi tetap punya KANAL BERITA KHUSUS untuk mempromosikan Jokowi
dan Ahok. Diprediksi menjelang masa pilpres 2014, Kompas dan Gramedia Grup akan
habis – habisan mendukung Jokowi – Ahok.
4) Jawa Pos Grup. Tidak melibatkan semua media milik Dahlan
Iskan yang jumlahnya 185 TV, Koran, Online media, dll itu. Sekitar 40% JawaPos
Grup dikontrak. Namun, dipastikan jika Dahlan Iskan mau sebagai capres, Jawa
Pos Grup tidak akan terlalu mendukung Jokowi kecuali mendapat permintaan khusus
dari Chairul Tandjung, tokoh yang merekomendasikan Dahlan Iskan ke Presiden SBY
untuk ditunjuk sebagai Menteri BUMN tahun 2011 lalu.
5) Yang paling gencar dalam menjilat Jokowi adalah Koran
Rakyat Merdeka. Ada saja berita (palsu) istimewa tentang Jokowi. Kontraknya
puluhan Milyar. Rakyat Merdeka, tertera milik Margiono, Ketua Umum PWI Pusat.
6) Tempo (majalah dan Online) adalah media pelopor yg
orbitkan Jokowi dengan penghargaan “10 Tokoh Terbaik (penghargaan abal-abal),
hanya karena bisa pindahkan Pedagang Kaki Lima (PKL), itu pun dilakukan setelah
hampir setahun bolak balik mengunjungi dan mengundang PKL makan bersama. Fakta
terakhir, PKL Solo kembali ke lokasi awal sebelum pindah karena di tempat baru
dagangan mereka tidak laku.
7) Tribunnews Grup (Bosowa dan Kompas) juga dikontrak untuk
pencitraan palsu Jokowi. Demikian juga Fajar Grup (Alwi Hamu/Dahlan Iskan).
Alwi Hamu juga merupakan patner bisnis Dahlan Iskan di media dan PLTU Embalut,
Kaltim yang sarat korupsi itu.
8) Metro TV, tidak tahu sekarang dibayar berapa untuk
kontrak pencitraan palsu Jokowi sampai 2014. Tapi saat Pilkada DKI puluhan
milyar. Sejak dapat bisnis iklan dari Konglomerat – konglomerat pendukung
Jokowi, Metro TV jadi corong nomor satu Jokowi, disamping jadi corong kampanye
dan pencitraan Dahlan Iskan yang memberikan kontrak iklan luar biasa besar dari
BUMN – BUMN kepada Metro TV. Makanya, Surya Paloh, sebagai orang pertama yang
didatangi utusan PDI-P ke kantor Nasdem di Gondangdia Jakarta, pada 10 April
2014.
9) SCTV grup. Pemiliknya Edi dan Popo Sariatmadja malah
menjadi cukong utama. Koordinator media pencitraan Jokowi, membantu James
Riady. Dukungan promosi dan kampanye yang diberikan untuk Jokowi gratis alias
tanpa bayaran, meski diduga sebenarnya sudah mendapatkan imbalan dari dana
pemenangan Jokowi yang telah terkumpul puluhan triliun dari sumbangan para
konglomerat hitam Indonesia.
10) Media raksasa lain seperti Vivanews grup (TV One, ANTV,
Vivanewscom dll) milik Bakrie meski kontrak dgn Cukong Jokowi tapi porsinya
kurang dari 30%, dan masih melihat perkembangan situasi dan kondisi politik
nasional mengingat Aburizal Bakrie masih berstatus Ketum Golkar dan kandidat
capres. Salah satu yang sangat menonjol, ketika pemilik VivaNews, Andri Bakrie
langsung mencak-mencak marah kepada sidang redsksi VivaNews, ketika di halaman
depan ada iklan Jokowi. Dan, korbanya jajaran pimpinan redaksi VivaNews mundur
semuanya.
DUNIA MAYA
Selain media cetak, televisi mainstream, sosial media
seperti twitter, facebook, kaskus dll juga dikontrak khusus. Lihat saja di
sini. Bahkan di twitter juga mulai ada akun relawan yang berusaha menjelaskan
dengan kata-kata manis mengenai tingkah-polahnya yang anomali pada tiap akun
yang berkomentar negatif. Rumornya ia memiliki buzzer sebanyak 1500-2000an yang
mengelola lebih dari 10.000 akun sosial media . Buzzer adalah semacam pasukan
bayaran online, yang siap menjaga reputasinya di internet dengan cara menyusup
di berbagai forum dan kolom komentar untuk mendongkrak citranya. Para buzzer
bayaran ini akan berkomentar positif tentangnya dan menyerang habis-habisan
mereka yang tidak melihatnya sebagai “dewa”. Dulu waktu pilkada DKI, selain
orang-orang yang permanen kelola akun untuk pencitraan Jokowi, dibentuk juga
Tim Jasmev. Puluhan Milyar biayanya. Lihat gambar yang sempat diambil saat
pemilukada DKI lalu ini:
Banyak akun palsu pembela Jokowi di sosial media. Untuk
mendeteksi akun pembela Jokowi palsu tidak sulit. Salah satunya, banyak hal
yang disampaikan sangat tidak masuk akal. Begitulah yang disampaikan Praktisi
Teknologi Informasi, Chafiz Anwar, ketika dihubungi wartawan, Jumat
(1/11/2013).
Chafiz mengatakan ciri-ciri akun palsu yang digunakan, segi
jumlah komentar melalui media sosial yang serentak menyerang ataupun membela
Jokowi. Padahal, hal itu tidak mungkin dilakukan pemilik akun asli secara
bersamaan. “Tidak mungkin komentar ribuan sekaligus dilakukan oleh pemilik akun
asli,” katanya.
Ciri lainnya yang juga mudah dianalisa, menurut Chafiz,
adalah dengan membandingkan jumlah pembaca dan jumlah komentarnya. Untuk
masalah Jokowi misalnya jika ada yang mengkritiknya di sebuah media online dan
kemudian langsung ada serangan dari ribuan orang seperti itu pernah dialami
terakhir oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat, Nurhayati Assegaf dan itu bisa
ditegaskan kepalsuannya.
“Coba saja bayangkan berita yang mengkritik di sebuah media
online itu. Baru beberapa saat tayang langsung yang komentar ribuan, itu sangat
tidak mungkin. Kalau bukan sebuah tim yang mengerjakannya yang bisa saja
terdiri dari puluhan orang,” tambahnya.
Yang paling mungkin kata dia lagi, yang baca satu orang tapi
orang ini memegang ratusan akun. Hal ini bisa dilihat jelas dari
komentar-komentar pendukung Jokowi.
Ciri lainnya yang juga bisa diliat adalah ketidakjelasan
identitas para pemain akun ini. Biasanya mereka kata Chafiz, menggunakan
nama-nama palsu dan foto-foto palsu atau menggunakan gambar kartun. “Yah satu
orang kan gak mungkin punya 10 akun dengan nama sama dan foto yang
sama.Sementara dari mereka satu orang minimal bisa memiliki 100 akun,” kata
Chafiz.
Mereka jelasnya lagi menggunakan mesin pendeteksi dengan
keyword-keyword tertentu. “Misalnya kalimat Jokowi belum pantas jadi
presiden.Mesin mereka ini berjalan seperti halnya mesin pencari google,begitu
mesin mendeteksi ada kalimat atau kata tertentu yang dimasukkan,mereka akan
bergerak cepat dan membalas kalimat-kalimat tersebut,” tegasnya.
ARGUMENTASI AMIEN RAIS
Pendapat senada disampaikan oleh Bapak Reformasi Indonesia
Prof. DR. Amien Rais MA. Tokoh bangsa yang pertama kali mewacanakan suksesi
kepemimpinan nasional di tengah kuatnya rezim Soeharto. “Jadi ketika saya
bilang suksesi, saya diketawain. Tetapi karena ada substansi pelan-pelan orang
terbuka,” ujar Amien Rais dalam wawancara khusus dengan INILAH.COM di kediaman
pribadinya di bilangan Gandaria, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa
(1/10/2013).
Kini, Jokowi menjadi obyek kritik “Lokomotif Reformasi” ini.
Secara lugas Amien mengingatkan publik agar tidak memilih pemimpin hanya
berpijak pada popularitas semata. Terkait melambungnya nama Jokowi, Amien
memiliki pandangan tersendiri. “Jadi secara sistematik saya melihat memang ada
brain trust yang melambungkan Jokowi ke aras politik bahkan mungkin ke kursi
presiden,” sebut Amien.
Selain itu, Amien juga bicara soal alasan mengapa dirinya
mengritik Joko Widodo? Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini juga
bicara soal kriteria presiden 2014 mendatang. Berikut wawancara lengkapnya:
Apa motif Anda mengkritik keras Joko Widodo?
Jadi saya sudah lama berdiam diri. Saya sesungguhnya
menunggu ada sebagian intelektual, politisi, penggiat LSM, kyai, atau siapa
saja yang berani memberikan kritik kepada fenomena Jokowi, yang menurut saya
sudah luar biasa. Jadi secara sistematik saya melihat memang ada brain trust
yang melambungkan Jokowi ke aras politik bahkan mungkin ke kursi presiden.
Padahal, kalau kita lihat ke belakang, sesungguhnya Jokowi
seperti kepala derah yang lain seperti Walikota Surabaya, Walikota Yogyakarta,
atau walikota yang lebih bagus lagi lebih banyak. Tetapi memang menurut saya
ada usaha yang sistematik (untuk munculkan nama Jokowi), dari mobil Esemka yang
pepesan kosong itu, sampai mempopulerkan Jokowi seorang walikota terbaik dari
lima walikota yang ada di muka bumi, maka saya makin ngeri.
Lalu?
Sebagai orang yang belajar ilmu sosial, saya sudah
menyimpulkan kesimpulan sementara, ada kekuatan modal yang akan melambungkan
Jokowi sehingga kalau sampai keinginan modal besar ini berhasil, saya takut,
saya kasihan Jokowi akan tersandera. Saya tidak mengatakan presiden boneka,
tapi akan menurut kepada yang melambungkan yang sangat luar biasa itu.
Nah, demokrasi yang jadi kiblat kita itu, adalah demokrasi
jadi-jadian yaitu demokrasi Amerika. Kita kagum dengan demokrasi Amerika, tapi
kalau kita buka ini demokrasi di Amerika yang menguasai Gedung Putih, Pentagon,
Capitol Hill, itu sesungguhnya adalah kompleks yang dalam istilah politik itu
disebut sebagai military, industrial, congresianal, dan media complex. Jadi
korporasi besar itulah yang sejatinya mendikte George Bush, Bill Clinton, Obama
dan presiden-presiden sebelumnya. Jadi terkenal dengan ungkapan almarhumm
Muchtar Lubis, Demokrat dan Republik itu sama saja. Satu perompak satu perampok.
Dalam Konteks Jokowi, bisa dijelaskan tentang kekuatan besar
tersebut?
Hal ini makin terasa, bahwa kekuatan yang melambungkan
Jokowi ke aras tertinggi itu, memang terlalu kentara. Mereka tidak bisa menahan
diri, Sehingga orkestra dengan politik itu terlalu kentara, dari media massa
yang seragam, pengerahan cyber troops, orang kritik Jokowi di media, nanti ada
ratusan yang menghantam tanpa ampun dengan kata-kata semestinya tidak layak dan
elok.
Tapi kalau seperti saya, anjing menggonggong kafilah berlalu.
Saya hanya ingin menunjukkan hati-hati, kalau presiden siapapun yang bisa
bertengger jadi lurah Indonesia karena dengan dukungan luar biasa dukungan
modal tanpa batas itu, percayalah dia akan menjadi sandera dari pendukungnya.
Analisa Anda cenderung konspiratif, apa indikator yang
paling kuat?
Jadi seperti cyber troops itu kan tidak wajar. Prabowo
Subianto tidak mengalami seperti itu, SBY juga tidak ada. Jadi ini ngebet.
Karena ngebet ya ketahuan. Saya punya kecenderungan, sebagai orang kampus yang
dididik berfikir ilmiah itu memang tidak akan mengatakan kalau tidak yakin.
Jadi kembalilah dan tengoklah Solo yang kumuh, miskin, dan gelap. Kemudian
dikatakan walikotanya menjadi salah satu walikota terbaik di muka bumi. Ini
konspirasi media massa.
Jadi, ini ada kompleks dari pemilik modal, pemilik media
massa, kekuatan politik di DPR dan di tengah-tengah massa, sudah kena
hypnotisme atau dalam bahasa INILAH.COM “nina bobo” Jokowi. Tetapi saya tidak
ada pamrih kecuali mengingatkan jangan sampai kita menganggap demokrasi untuk
rakyat tapi ternyata milik pemilik modal.
Sekarang sudah terbaca kan kemana proyek-proyek DKI kemana
larinya? mereka kira-kira yang mendukung. Yang kita takutkan ribuan triliunan
kekayaan Indonesia mulai perkebunan, pertambangan, pertanian kekayaan laut dan
lain-lain. Kalau sampai presiden mendatang itu menjadi tersandera oleh kekuatan
modal itu, rakyat hanya akan jadi pelengkap penderita.
Apakah Anda bisa perjelas siapa pemilik modal itu apakah
dari kelangan ‘hitam’?
Saya tidak akan mengatakan hitam, cokelat, abu-abu dan
lain-lain. Hampir bisa dipastikan, bahwa pemodal besar itu mesti dihinggapi
patologi profit. Jadi siang-malam yang difikir adalah profit dan profit.
Sementara untuk menagguk keuntungan itu angger-angger atau kaedah moral, kaedah
agama, sosial etika, itu sudah terbenam.
Nah, cuma repotnya, sejak jaman dulu sampai sekarang untuk
memahamkan yang cukup jelas ini kepada rakyat itu tidak mudah, bahkan
kadang-kadang jadi bumerang. Tapi karena saya membaca sejarah para nabi, tokoh
perubahan, memang itu, rakyat selalu mudah untuk dibelokkan kesana kemari oleh
opinion leaders, media massa dan lain-lain.
Bahkan contoh telak dalam sejarah kuno bagaimana Bani Israel
yang tertindak menjadi budak, ketika diajak salah satu putera terbaiknya yaitu
untuk diajak keluar dari cengkeraman Firaun dari Palestina, malah salah paham,
mereka malah marah sama Musa. Musa dikatakan gila. Persis seperti nabi, apalagi
Amien Rais yang tidak sekutu hitamnya nabi jadi tidak pernah gusar ketika
dikatakan tidak paham masalah, bodoh dan lain-lain.
Selama setahun Jokowi di Jakarta, ada capaian yang mendapat
apresiasi publik seperti blusukan, lelang jabatan termasuk mengurai kemacetan
di Tanah Abang. Apa anda tidak melihat sisi baik Jokowi?
Tanah Abang sekarang lancar, itu harus diacungi jempol.
Belum banyak sesungguhnya tapi itu cukup saya catat. Memang mengatasi banjir
dan macet tidak cukup dua bulan, jadi butuh satu periode kepemimpinan gubernur
secara utuh. Itu pun kalu tidak ada guncangan-guncangan yang lain. Artinya,
ekonomi stabil, mudah-mudahan bisa.
Terkait dengan satu periode gubernur utuh, bagaimana dengan
dorongan agar Jokowi maju menjadi Capres?
Ketika pejabat disumpah demi Allah itu sesungguhnya bukan
main-main. Jokowi kan disumpah lima tahun, lalu di tengah jalan terbengkalai
tugasnya, karena mengincar lebih tinggi dan tergoda apa tidak menyalahi etika
dan fatsoen politik.
Kritik Anda ke Jokowi mendapat perlawanan dari para
pendukungnya, apa komentar Anda?
Jadi saya tahu, sebagian besar rakyat tidak sepaham dengan
saya. Tapi ekstremnya, andaikan 250 juta rakyat mengatakan kita harus ke utara
mendukung Jokowi, saya mengatakan pikir dulu. Kalau saya ke selatan, tapi harus
ada yang mengingatkan. Karena seseorang dielukan itu akhirnya lupa. Kita belum
lama toh, dulu Bung Karno kita lupa, baru beberapa tahun Pak Harto sudah
seperti Bung Karno, 7 kali dipilih dengan aklamasi oleh anggota MPR.
Jadi ketika saya bilang suksesi, saya diketawain. Tetapi
karena ada substansi pelan-pelan orang terbuka. Spekulasi bahwa saya kritik
Jokowi untuk menjodohkan Prabowo-Hatta, saya ngiri, syirik, itu tidak ada
kentang kimpulnya (tidak ada korelasinya).
Jadi saya mengingatkan bangsa ini, mau mimpin lurah
Indonesia, jadi tolong dipikir lebih jernih lagi masih ada waktu satu tahun
untuk tidak menganut grubyug untuk latahisme, saya peringatkan yang menjadi
cyber troops Jokowi itu apa tidak malu pada diri sendiri, saya sarankan sebelum
tidur merenung 1-2 menit, apa yang saya lakukan betul apa tidak. Menghujat
seenaknya dengan kata-kata yang kurang senonoh itu menurut saya kurang pas,
ketika saya ditanya ya itu, anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.
Siapa yang ideal dalam 2014 mendatang?
Saya tidak akan menyebut nama, cuma syarat. Siapapun yang
bisa membawa bangsa ini ke depan dengan percaya diri, bisa menyuguhkan
kedaulatan ekonomi itu yang bisa dipilih. Itu bisa Jokowi, Prabowo, Hatta
Rajasa, Mahfud MD, Dahlan Iskan, Sri Mulyani, Gita Wirjawan, Hidayat Nur Wahid
atau siapapun.
Sehingga saya sesungguhnya punya impian, bukan kita ingin
mencontoh demokrasi liberal yang brengsek itu, tetapi kalau kita ingat dalam
memilih lurah saja, itu lurah tidak dipilih asal-asalan, milih bupati dan
walikota tidak asal-asalan.Karena itu, sesungguhnya ada semacam gurauan, saat
SBY menang, bersama kita bisa. Bisanya tidak jelas, apakah bisa melindungi
alam, menegakkan hukum, meningkatkan Iptek. Saya pikir pengalaman masa lalu itu
mungkin akan menjadi beban para capres itu untuk berpikir keras. Karena kalau
cuma popularitas tidak menjamin.
Apakah bisa dikatakan, karena hanya modal popularitas SBY di
2004 lalu, maka hasilnya seperti saat ini?
Jadi kata orang awam itu kapan proses transisinya demokrasi
berhenti, jadi masih up and down terus. Saya melihat pengalaman dari negara
berkembang, dipilih karena menekan rakyatnya seperti Saddam Husein, Husni
Mubarak, Moammar Khadafy, atau di negara-negara Asia para diktator itu. Tapi
juga ada memang populer, Juanita Peron, karena istrinya Peron, saat pilpres
menang mutlak. Tapi gak sampai setahun mundur, karena tidak ada negarawan.
Ada juga Joseph Estrada, populer menjadi bintang film tidak
sampai setahun harus diganti. Nah Jokowi, soal blusukannya luar biasa, gak
pernah ngantor. Kalau blusukan terus kapan kerjanya. Memang Ahok ada sebagai
wakil, tapi yang megang komando adalah Gubernur. Mungkin saja, blusukan akan
mengalami titik jenuh, kalau blusukan 2-3 tahun tapi masalah mendasar Jakarta
belum bergeser, itu bisa juga menjadi bumerang.
Jadi sesungguhnya, saya dikatakan terlalu keras, tajam,
mungkin karena tidak ada yang lain yang kritik. Saya ingat betul, saat saya
menyampaikan ide suksesi Pak Harto, saya sendirian betul, sampai teman-teman
diskusi saya tidak datang ke rumah saya karena takut, tapi lama-lama kemudian
terbuka juga.
Kalau saya begini, saya menasehati sama-sama wong solo,
popularitas Jokowi ini tidak mesti 20 tahun muncul, dia mendapatkan berkah
seperti itu, Cuma sekarang ini dia diberi amanat lima tahun di DKI Jakarta
sebaiknya bekerja sebaik-baiknya, dia masih muda, kalau dia sukses bisa
melenggang sambil mengasah jam terbang, kalau dia bisa merefleksikan lagi
sebagai calon pemimpin Indonesia, selesaikan amanat yang sudah disumpah
mudah-mudahan akan jadi bagus.
Juga jangan pernah mau didikte pemilik modal. Pemilik modal
itu 24 jam itu uang, uang dan uang tidak pernah berpikir si suto, noyo, duta
dan waru. Jadi saya ada mix feeling, di samping kritik saya dianggap terlalu keras
sampai ke intinya, tapi di balik itu ada harapan, kalau dia bisa menampung
pikiran saya ini, maka dari sudut fatsoen politik, sumpah itu dipenuhi. Ketika
dia disumpah ada mushaf al-Quran.
Ketika sudah selesai (5 tahun) tidak kemmudian menyulap
Jakarta menjadi singapura, tidak mungkin juga, tapi Jakarta mulai rapih, mulai
tertata, mulai kurang kemacetan, mulai memperoleh air bersih, sudah nampak,
kemudian silakan (maju capres).
Apa makna kritik anda terkait nasionalisme Jokowi?
Sebagai kader PDI Perjuangan, dia tidak harus sama dengan Bu
Mega, karena dulu yang salah tokoh-tokoh yang mengitari Ibu Mega. Dulu dua
tanker Pertamina dijual, sekarang kita sewa, Indosat yang merupakan karya
bangsa, tapi kemudian dijual dengan harga Rp8 triliun padahal labanya per tahun
Rp3 triliun. Ini kan asset negara.
Jadi bagaimana konglomerat hitam yang ribuan triliun,
diputihkan melalui release and discharge, gas tangguh di Papua diijon ke China
untuk sekian puluh tahun dengan harga yang tidak berubah, flat. Gas dan maupun
minyak maupun batubara itu mesti naik.
Seperti ini yang saya pikir dan Jokowi tidak usah seperti
yang lain. Saya sesungguhnya ketika dia berani menolak rencana untuk sebuah
tempat di Solo yang strategis untuk dijadikan mall, itu menunjukkan
keberpihakan rakyat kecil. Itu Jokowi asli. Jokowi yang asli perlu
dikembangkan. Jangan sampai pernah berutang kepada orang yang melambungkan
karena ada udang di balik tepung.
Sisi lain Anda kritik Jokowi, sisi lain anda membangun
komunikasi partai Islam?
Saya kan dari kalangan santri, ada semacam bias subyektif
bahwa kalangan santri jangan sampai tidak ikut menentukan masa depan negeri
ini. Padahal partai santri kalau dikumpulkan lebih tinggi dari Partai Demokrat,
Partai Golkar bahkan PDI Perjuangan. Memang di kisaran 5-8 persen, tapi kalau
dikumpulkan jadi kuat.
Kita tidak mungkin usul perbaiki negeri ini kalau kita
bercerai berai. Kalau kita bersatu, kita punya bargaining position kepada
kekuatan yang lain, dari masa depan kita bicarakan bersama Di forum UII yang
digelar dua minggu sekali, selain yang datang tidak selalu sama orangnya, tapi
yang jelas yang kita bicarakan belum pernah menyebut siapa yang layak jadi
capres. Tapi temanya berganti-ganti seperti masalah energi, moneter, ekonomi,
masa depan perbankan dan pertambangan, perpajakan, rule of law, pembelaan
terhadap kaum duafa. Belum sekalipun kita bicara Capres.
Mau saya itu, kita sudah tahu, dari masukan-masukan itu
kelihatan jadi agenda nasional kita itu ada skala prioritas. Pertama melindungi
sumber daya alam kita dari terkaman asing, membangun clean and good governance,
penanganan hukum tidak boleh tebang pilih, dan mengejar ketertinggalan Iptek
kita dengan bangsa lain. Kalau agenda sama, itu lebih enak, baru bicara
bagiamana masa depan karena tidak mungkin, umat Islam sendirian memikul masalah
nasional sendiri. Begitu juga tidak mungkin kaum nasionalis senidirian.
Anda masih percaya politik aliran?
Masih. Sekalipun politik aliran disebut kuno. Tapi faktanya
suara santri 35%. Apa kita memegang pahat atau kuas untuk melukis, jadi jangan
jadi penonton. Ini forum terbuka, saya sampaikan di pertemuan saudara kita dari
intel, polisi silakan datang. Jadi suasana santai, tidak pernah tegang.
Walaupun yang kita bahas berat.
Saya sudah 70 tahun, saya yakin tidak ada lagi kepentingan,
kecuali saya sebelum menutup mata selamanya ada perbaikan, kalau dari segi
kehidupan pribadi, apa yang kurang buat saya? kalau kata orang Jawa legan golek
momongan, sudah tidak ada masalah, masih cari masalah. Tapi tugas intelektual
itu tidak di menara gading atau di kehidupan sendiri, tugas intelektual di
tengah-tengah massa yang banyak kalau bisa memberikan kontribusi.
Ada respons dari warga Muhammadiyah?
Warga Muhamamdiyah itu punya ciri khas, politiknya terlalu
netral, tidak tajam. Dibandingkan dengan teman NU, orang Muhammadiyah malah
tidak tajam, karena doktrin amal sholeh terlalu banyak, kadang-kadang doktrin
pemikiran tidak dibenahi, Muhammadiyah termakan rutinisme. Jadi Islam dan amal
soleh menyatu, dimana pun warga Muhammadiyah ada, buatlah masjid, Rumah Sakit,
TK sampai Universitas. Saya jarang ditanya pertanyaan politik.
Apa prinsip hidup Anda?
Sesungguhnya saya punya prinsip kehidupan begini, kalau para
nabi menjadi suri tauladan kaum beriman itu sikapnya memang sangat jelas,
mereka menyampaikan sesuatu untuk kebaikan bersama, setelah itu mereka
tawakkal.
Jadi apakah umat mendengar atau tidak, yang jelas sudah
disampaikan, jadi anak saya yang paling kecil, mengritik, “bapak sudah sepuh
kok masih bicara urus politik, sudahlah pak rakyat maunya seperti itu sudah titik.
Pak enjoy life pak. Bersama kita pak”. Tetapi kalau ajaran agama kita, kalau
ada yang tidak benar, sampaikan dengan lisanmu, paling tidak, kalau tidak ada
kekuatan ya dengan tulisan. Itulah filosofi hidup saya. Kalau saya dipuji tidak
besar kepala, kalau dicaci lantas juga tidak dlosor.
Dulu waktu menyuarakan suksesi Pak Harto, banyak telpon
apakah sudah bosan hidup? kami tahu agenda anak-anak sekolah anak-anak Anda.
Ini sesuatu yang biasa. Justru yang tidak biasa, di alam demokrasi tokohnya
dikritik malah kebakaran jenggot, malah kasihan tokoh itu. Itu namanya
kekanak-kanakan, puber saja belum, masih kekanakan.
TANGGAPAN RADEN NUH
(Pencetus Akun Twitter AntiKorupsi @Triomacan2000)
Dihubungi via telepon Rabu, 29 Januari 2014, Raden Nuh yang
sedang berada di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, memberikan jawaban atas
pertanyaan kami sebagai berikut :
Tanya : “Apa pendapat Anda dengan semakin terbongkarnya
agenda tersembunyi pihak asing yang gencar promosikan Jokowi sebagai capres ?”
Raden Nuh : “Bagus ! Rakyat harus diberitahu sebenar –
benarnya dan selengkap – lengkapnya mengenai siapa Jokowi sesungguhnya, apa
agenda pribadi dan agenda asing, dan terpenting apa maksud dan tujuan sebagian pengusaha
besar Tionghoa yang semua bersatu padu mendukung pencapresan Jokowi dengan
segala cara, daya, bantuan jaringan media media dan bantuan dana. Rakyat harus
disadarkan betapa bahaya bagi bangsa dan negara jika Indonesia dipimpin oleh
seorang presiden boneka. Presiden yang tunduk dan patuh pada perintah dan
keingan tuannya, para pengusaha besar tionghoa, yang selama ini dikenal sebagai
perusak dan pencuri kekayaan negara. Maksud saya para pengusaha tionghoa
pendukung Jokowi itu lho, bukan semua pengusaha Tionghoa. Masih banyak
pengusaha Tionghoa yang merah putih, nasionalis, berjiwa raga Indonesia.”
Tanya : “Apakah Anda masih memantau twit dari akun
@Triomacan2000 sejak Anda tinggalkan lebih setahun lalu? Bagaimana Anda menilai
kualitas dan tema – tema besar yang diangkat akun itu?”
Raden Nuh : “Praktis sejak saya tidak aktif lagi kelola akun
@Triomacan2000, saya jarang memperhatikan twit – twit mereka. Saya hanya lihat
jika ada teman yang infokan sesuatu yang menarik atau bikin gempar publik.
Sering juga memantau kalau ketika baca koran atau nonton TV. Terakhir saya
menonton acara Metro Realitas yang berjudul Kicauan Akun Hantu Triomacan2000,
geli rasanya. Kok media sebesar dan sekaliber Metro TV mau menyiarkan tayangan
acara yang sangat kentara pesanan dan sangat dangkal investigasinya.
Tanya : “Bagaimana tanggapan Anda mengenai banyaknya media
yang memuat berita pencitraan Jokowi ?”
Raden Nuh : “Pertama, sudah pasti saya sangat prihatin.
Kenapa media massa kita terlalu mudah dan murah menjual idealisme, membohongi
rakyat, membodohi pembaca atau penontonnya. Media memang membutuhkan income
untuk menutupi biaya operasional dan mencari keuntungan, tetapi apa yang kita
saksikan sekarang sungguh luar biasa memalukan. Seakan – akan tidak ada tokoh
lain yang lebih layak dan pantas diberitakan selain Jokowi. Kedua, Media
nasional kita sudah menyimpang dari cita – cita awal atau maksud dari
pendiriannya, menyampaikan kebenaran dan mencerdaskan bangsa. Saya tidak
mempermasalahkan media – media milik konglomerat Tionghoa yang secara masif dan
kontiniu mengiklankan Jokowi. Mereka memang mau menjadikan Jokowi sebagai
presiden boneka, mereka mau melemahkan Indonesia melalui Jokowi. Ketiga, Kita
tahu deh, siapa Jokowi itu sebenarnya. Ratusan walikota dan belasan Gubernur di
Indonesia punya kemampuan dan integritas jauh di atas Jokowi. Faktanya Jokowi
hanya kelihatan bagus karena setiap hari selama dua tahun ini, media bayaran
dan milik pengusaha Tionghoa mempromosikan dia besar – besaran. Ini sangat
berbahaya.
Tanya : “Kenapa sangat sedikit tokoh yang berani berkomentar
negatif tentang Jokowi?”
Raden Nuh : “Fenomena ini memang menyedihkan, sangat
menyedihkan. Sebagaian besar para tokoh bangsa kita takut berpendapat melawan
arus utama opini. Takut tidak populer atau dikecam oleh pendukung -pendukung
Jokowi yang terorganisir dan memang dibayar serta ditugaskan untuk menjaga
citra Jokowi. Mereka melihat betapa kasihannya tokoh tertentu yang berani
mengkritik Jokowi melalui media. Kontan mereka dicerca, dihina, dibully, malah
ada yang dicaci maki oleh pendukung jokowi yang sebenarnya adalah bagian dari
timses Jokowi. Namun, sayangnya, ketakutan para tokoh ini tidak boleh diikuti
oleh para akademisi yang memiliki dasar akademis atau kajian ilmiah jika mereka
mau mengungkapkan konspirasi besar dibalik pencitraan palsu Jokowi atau jika
mereka mau menilai Jokowi dengan dasar penelitian dan studi yang kuat.
Akademisi kan tidak boleh bohong, mereka harus mengatakan apa adanya. Jika
Jokowi memang gagal, tak layak jadi gubernur, ya mereka harus berani
mengatakannya kepada rakyat Jakarta. Kenapa harus sungkan ?”
Tanya : “Pertanyaan terakhir, menurut Anda apakah Jokowi
akan jadi capres pada pilpres 2014 nanti ?
Raden Nuh : “Saya berkeyakinan Ibu Megawati selaku Ketua
Umum PDIP pasti tidak akan bersedia mengajukan Jokowi sebagai capres. Terlalu
besar risikonya jika negara ini dipimpin oleh orang suruhan atau kacung
pengusaha Tionghoa. Mau jadi apa negara ini jika presidennya lemah, tidak
berintegritas dan moralnya hancur seperti Jokowi ? Indonesia ini negara besar,
mengurus Solo saja Jokowi itu sebenarnya gagal kok. Memimpin Jakarta, sudah
terbukti Jokowi tidak mampu. APBD tidak terserap hampir 50%, program – program
mandek, KKN makin parah, janji kampanye Jokowi hampir 90% tidak bisa dia
penuhi.
Intergritas Jokowi juga parah, dia berani membohongi Pak JK,
Pak Prabowo atau Ibu Megawati dengan tidak mengaku jujur siapa saja konglomerat
hitam yang menjadi cukong dan tuannya. Masak orang seperti ini mau dijadikan
calon presiden ? Bunuh dirinya namanya !
Konglomerat Tionghoa mungkin saja sudah menyadari bahwa PDIP
mustahil mencalonkan Jokowi, sekarang mereka sedang mencari cara bagaimana
menekan atau bahkan mungkin menggulingkan Bu Mega dari jabatan Ketua Umum PDIP.
Alternatif lain, pemodal – pemodal Jokowi harus membeli dukungan partai lain.
Barangkali ada partai yang nanti bisa raih suara cukup dan kebetulan butuh uang
sehingga mau menyerahkan mandat rakyat yang diperolehnya melalui pemilu kepada
para pemodal Jokowi dengan imbalan uang. Mau jadi apa negara kita dipimpin
orang seperti Jokowi ?